Wuling Almaz RS 1st Drive In Pekanbaru

Gua dengan Almaz ini kek udah jodoh aja karena sering ketemu di pameran-pameran yang digelar di mal. Akhirnya gua berkesempatan untuk menjajal di SUV Medium yang membuat se-Indonesia viral karena fitur WIND bahasa Indonesia dan juga harganya sangat konyol.

Hal pertama yang gua notice adalah driving ergonomics-nya. Terrible. Arguably, the worst driving ergonomics in my car blogging journey so far. Seberapa kurang enak sih? Kalau jarak tangan dan steering wheel pas, jarak kaki dan pedal terasa mepet bet. Sedangkan kalau jarak kaki dan pedal pas, jarak tangan dan steering wheel terasa kejauhan. Namun jujur, masuk interior nya terasa welcoming karena kita disapa oleh sistem mobil yang berkata "Selamat Pagi/Siang/Malam, kepada Wuling Almaz RS" (Itu namanya bisa diganti sesuai keinginan anda). 

Hal positif berikutnya adalah peredaman kabin yang sangat bagus untuk seharga under 400 juta serta build quality interior yang udah masuk hitungan dermawan dan cukup all-out. Suara mesinnya baru masuk di RPM menengah ketika dibejek, itupun masih bisa diredam dengan cukup baik. Visibilitas yang dimilikinya termasuk cukup bagus sebenarnya, selain karena posisi duduknya yang tinggi dan memiliki spion yang cukup luas, visibilitas depan, samping kiri/kanan dan belakang cukup bagus sih sebenarnya.

Mesinnya sendiri B aja sih. 

"Lah, kan Turbo?"

Granted, cuman ini orientasinya bukan sporty driving, lebih ke comfy driving. Turbonya cukup terasa, namun di RPM menengah. Transmisi CVT dari Bosch yang dipakainya termasuk cukup halus, bahkan ketika dibuat di S sekalipun. Memang sedikit lebih responsif kalau dibuat di S, cuman ya....gak segitu agresif yang dibayangkan. Eco mode juga tersedia yang berefek pada respons gas yang lebih lembut (bahasa kasarnya lemot), namun bisa menghemat bahan bakar. Cuman untuk minusnya yang kerasa for me adalah indicator Eco nya, karena hanya berbentuk tombol, dan kalau ditekan, gak ada indicator eco-nya di speedometer yang bisa menyebabkan kebingungan pada pengemudi seandainya ada yang bertanya-tanya apakah Eco mode is on or off. Cara untuk mengetahui apabila Eco mode is on adalah tarikan gas yang lebih pelan dan juga tombol eco yang posisinya terlihat terpencet cukup dalam. Kalau off, tekan lagi dan tombolnya tegak seperti normal.

Suspensi-nya lah dimana Almaz ini thrive, karena bantingannya terasa nyaman walaupun rute first drive-nya cukup singkat. Handling-nya? Mending lupakan ini mobil, karena ini mobil butuh effort yang sedikit lebih besar dibandingkan beberapa rivalnya. For me, udah mulai sedikit terasa body roll nya ketika gua mengeluarkan effort lebih dengan membelokkan steering wheel. Steering-nya sendiri terasa enteng, sehingga terasa sedikit kurang direct handling mobilnya, not to mention karakter suspension dari Almaz ini berfokus pada kenyamanan. Steering-nya sendiri selain punya kulit yang cukup bagus, dia memiliki tulang jam 3 & 9 yang tebal, namun for me, sedikit kurang nyaman untuk digenggam. Namun, bukanlah steering yang buruk-buruk amat sih, cuman not my taste.

Ini mobil terasa enjoyable ketika makai fitur. First, ACC. Kecepatan maksimum untuk ACC adalah 150 km/h, sedangkan untuk mengaktifkan ACC ini minimal 30 km/h. Gua set kecepatan di 45-55 km/h. It works, hasilnya? Kaki gua lebih banyak rehat sehingga fitur ini cocok untuk pemalas. Serta, lane departure warning nya bekerja dengan baik, namun dengan syarat, rambu-rambu lalu lintas harus bagus dan belokannya gak terlalu tajam. Berkat fitur ini (walaupun hanya bisa digunakan secara singkat dan terus di-remind untuk megang steering wheel sama system-nya), tangan gua lebih banyak megang headrest layaknya orang berleha-leha di kursi malas.

Overall, mobil yang sempat mendapat gelar mobil dengan Adaptive Cruise Control termurah di Indonesia sebelum direbut oleh Toyota Raize ini kembali membuat Almaz ini viral se-Indonesia. Bukan hanya dari launching, namun ketika fitur-fiturnya yang sangat dermawan itu dipraktekkan, rasanya susah mengimbangi mobil ini dalam hal value for money. Ya sih, memang masih ada yang perlu diperbaiki dari Almaz ini, namun gebrakan Wuling berhasil membuat para brand Japanese di Indonesia bertobat dan memberikan fitur-fitur yang lebih banyak lagi.


Lemme know your thoughts, mate.

Komentar

Postingan Populer